The Legalization of Interfaith Marriage in Indonesia (Between Universalism and Cultural Relativism)

Main Article Content

Muhammad Ihsan Firdaus

Abstract

In the context of positive law in Indonesia, interfaith marriage is not recognized, because according to Article 2 paragraph (1) of Law Number 1 of 1974 concerning Marriage, it is explained that a valid marriage is based on the laws of each religion and belief. However, this is not enough to accommodate the development of marriage law in Indonesia, such as in the case of Judgement Number 508/Pdt.P/2022/PN JKT.SEL whose gives permission to applicants who are bound by marriage but of different religions to register their marriage at South Jakarta Department Population and Civil Registration Agency. So based on this, this research aims to find out how the concept of universalism and cultural relativism is in the context of interfaith marriage and how is the legalization of interfaith marriage in Indonesia in the context of marriage as one of the non-derogable human rights. This research uses legal research methods. So that the results of this research found that, first, interfaith marriages in Indonesia still do not have clear and firm regulations, giving rise to legal uncertainty and legal vacuum, the principle of universalism is more relevant in the context of interfaith marriages in Indonesia than the cultural relativism concept. Second, the state can issue an Interfaith Marriage Book as a form of legalizing interfaith marriages in Indonesia and providing legal certainty.

Article Details

How to Cite
Firdaus, M. I. (2023). The Legalization of Interfaith Marriage in Indonesia (Between Universalism and Cultural Relativism). The Easta Journal Law and Human Rights, 1(02), 64–72. https://doi.org/10.58812/eslhr.v1i02.52
Section
Articles

References

C. B. Kusmaryanto, “Hak Asasi Manusia atau Hak Manusiawi?,” j. ham, vol. 12, no. 3, p. 521, Dec. 2021, doi: 10.30641/ham.2021.12.521-532.

R. E. Howard, HAM: Penjelajahan Dalih Relativisme Budaya. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2000.

L. D. Setiarini, “Perkawinan Beda Agama dalam Perspektif Hak Asasi Manusia,” Al-Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan, vol. 19, no. 1, pp. 45–55, 2021.

J. Thontowi, Mengenal Teori Hukum Inklusif. Yogyakarta: CV. Buana Grafika, 2019.

D. A. Setiyanto, “Larangan Perkawinan Beda Agama Dalam Kompilasi Hukum Islam Perspektif Hak Asasi Manusia,” aldaulah, vol. 7, no. 1, pp. 87–106, Sep. 2017, doi: 10.15642/ad.2017.7.1.87-106.

A. Halim and C. R. Ardhani, “Keabsahan Perkawinan Beda Agama Diluar Negeri dalam Tinjauan Yuridis,” Jurnal Moral Kemasyarakatan, vol. 1, no. 1, pp. 67–75, Jun. 2016, doi: https://doi.org/10.21067/jmk.v1i1.1187.

S. Wahyuni, “Perkawinan Beda Agama di Indonesia dan Hak Asasi Manusia,” In Right: Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia, vol. 1, no. 1, pp. 131–151, 2011, doi: https://doi.org/10.14421/inright.v1i1.1215.

A. Amri, “Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam,” JMS, vol. 22, no. 1, p. 48, May 2020, doi: 10.22373/jms.v22i1.6719.

M. W. Sekarbuana, I. A. P. Widiawati, and I. W. Arthanaya, “Perkawinan Beda Agama dalam Perspektif Hak Asasi Manusia di Indonesia,” JPH, vol. 2, no. 1, pp. 16–21, Mar. 2021, doi: 10.22225/jph.2.1.3044.16-21.

A. Jalil, “Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia,” adrg, vol. 6, no. 2, pp. 46–69, Dec. 2018, doi: 10.36052/andragogi.v6i2.56.

M. A. S. Saputra and L. Jamilah, “Perkawinan Beda Agama Menurut Peraturan Perkawinan di Indonesia Dihubungkan dengan Putusan Mahkamah Agung,” in Bandung Conference Series: Law Studies, 2022, vol. 2, pp. 428–435. doi: https://doi.org/10.29313/bcsls.v2i1.872.

M. Ashsubli, “Undang-Undang Perkawinan Dalam Pluralitas Hukum Agama (Judicial Review Pasal Perkawinan Beda Agama),” JCH, vol. 3, no. 2, pp. 289–302, Jan. 2016, doi: 10.15408/jch.v2i2.2319.

K. A. Wardana, “Kebebasan Beragama sebagai Hak Asasi Manusia di Indonesia: Pertentangan Universalisme dan Relativisme Budaya,” JHP, vol. 10, no. 1, pp. 63–75, Apr. 2022, doi: 10.14710/jhp.10.1.63-75.

R. Renggong and D. A. R. Ruslan, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Hukum Nasional. Jakarta: Kencana, 2021.

E. Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia: Perspektif Internasional, Regional dan Nasional. Depok: Rajawali Pers, 2020.

I. Qomah and N. Chairunnisa, “Perkawinan Beda Agama ditinjau dari Perspektif Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia,” IF, vol. 1, no. 1, pp. 1–14, Jun. 2022.

A. H. Dardiri, M. Tweedo, and M. I. Roihan, “Pernikahan Beda Agama ditinjau dari Perspektif Islam dan HAM,” khazanah, vol. 6, no. 1, pp. 99–117, Jun. 2013, doi: 10.20885/khazanah.vol6.iss1.art8.

O. S. Matompo, “Pembatasan terhadap Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Keadaan Darurat,” Jurnal Media Hukum, vol. 21, no. 1, pp. 57–72, Jun. 2014, doi: https://doi.org/10.18196/jmh.v21i1.1157.

P. R. Baehr, Hak-Hak Asasi Manusia dalam Politik Luar Negeri. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998.

H. H. HS., Nurbani, and Erlies Septiana, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

J. M. Makalew, “Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama di Indonesia,” LP, vol. 1, no. 2, pp. 131–144, May 2013.

M. N. K. Al Amin, “Perkawinan Campuran dalam Kajian Perkembanga Hukum: antara Perkawinan Beda Agama dan Perkawinan Beda Kewarganegaraan di Indonesia,” Al-Ahwal j. hk. keluarga islam, vol. 9, no. 2, pp. 211–220, Jul. 2017, doi: 10.14421/ahwal.2016.09206.

N. Lestari, “Problematika Hukum Perkawinan di Indonesia,” mzn, vol. 4, no. 1, pp. 43–52, Jul. 2018, doi: 10.29300/mzn.v4i1.1009.

M. Hanifah, “Perkawinan Beda Agama Ditinjau dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,” soumlaw, vol. 2, no. 2, p. 297, Nov. 2019, doi: 10.22216/soumlaw.v2i2.4420.

M. Romli and N. Huda, “Interfaith Marriage Registry in Indonesia Pencatatan Perkawinan Beda Agama di Indonesia,” Al-’Adalah: Jurnal Syariah dan Hukum Islam, vol. 7, no. 2, pp. 377–405, Dec. 2022, doi: https://doi.org/10.31538/adlh.v7i2.2877.

S. Wahyuni, “Kontroversi Perkawinan Beda Agama di Indonesia,” Al-Risalah: Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, vol. 14, no. 2, pp. 293–306, Dec. 2014, doi: https://doi.org/10.30631/alrisalah.v14i02.452.

H. Rhiti, Hukum Progresif dan Postmodernisme. Yogyakarta: Genta Publishing, 2020.

T. Erwinsyahbana, “Aspek Hukum Perkawinan antar Agama dan Problematika Yuridisnya,” JRH, vol. 3, no. 1, pp. 97–114, Jul. 2019, doi: 10.24246/jrh.2018.v3.i1.p97-114.

I. M. Putri and T. Erwinsyahbana, “Perkawinan Beda Agama yang Dilaksanakan di Luar Wilayah Negara Republik Indonesia (Kajian Normatif dalam Perspektif Hukum Perdata Internasional),” Restitusi: Jurnal Mahasiswa Ilmu Hukum, vol. 1, no. 1, pp. 1–21, 2019.

Z. Arifin, “Perkawinan Beda Agama,” Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi, vol. 18, no. 1, pp. 143–158, Dec. 2019.

N. A. Saputra, “Juridical Overview of Interfaith Marriages in the Perspective of Marriage Law and Human Rights,” Al-Ahkam, vol. 18, no. 1, Sep. 2022, doi: https://doi.org/10.37035/ajh.v18i1.6097.

M. Helmi, “Penemuan Hukum oleh Hakim Berdasarkan Paradigma Konstruktivisme,” JKanun, vol. 22, no. 1, pp. 111–132, May 2020, doi: 10.24815/kanun.v22i1.14792.

T. Michael, “Hukum Tata Negara Darurat Corona di Indonesia,” MK, vol. 13, no. 2, pp. 163–172, Jul. 2020, doi: 10.30996/mk.v13i2.3468.

Y. N. Sharaningtyas, “Gugatan Warga Negara (Citizen Law Suit) dan Justiciability Pemenuhan Hak atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat,” KP, vol. 38, no. 1, pp. 31–48, Apr. 2016, doi: 10.24843/KP.2016.v38.i01.p03.

A. A. G. Peters and K. Siswosoebroto, Hukum dan Perkembangan Sosial: Buku Teks Sosiologi Hukum. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988